Sekjen LKBH-HIPAKAD'63: Semua Profesi Besar Berawal dari Jasa Guru -->
INGIN MENJADI JURNALIS MEDIA ONLINE AMBARITA NEWS, HUBUNGI NOMOR TELEPON ATAU WHATSAPP 082130845668

Sekjen LKBH-HIPAKAD'63: Semua Profesi Besar Berawal dari Jasa Guru

Selasa, 25 November 2025, 18:17

Sekretaris Jenderal Lembaga Konsultasi & Bantuan Hukum, Himpunan Putra Putri Keluarga Besar TNI AD (LKBH - HIPAKAD 63’), Joko S. Dawoed SH


AmbaritaNews.com | Kota Bekasi - Di balik keberhasilan berbagai profesi prestisius seperti dokter, pengacara, insinyur, hingga pejabat negara, terdapat peran guru yang sejak dini mengajarkan ilmu pengetahuan dan membentuk karakter. Tanpa guru, tidak akan lahir tenaga profesional yang mampu menjalankan fungsi penting dalam masyarakat.


Pandangan tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Lembaga Konsultasi & Bantuan Hukum, Himpunan Putra Putri Keluarga Besar TNI AD ( LKBH - HIPAKAD 63’), Joko S. Dawoed SH., yang juga merupakan seorang praktisi hukum, pada momentum peringatan Hari Guru Nasional 2025.


“Apapun profesinya, semua berawal dari jasa guru yang mengajar. Seorang dokter tidak akan bisa mengoperasi pasien jika tidak diajarkan cara membaca dan menulis oleh gurunya di sekolah dasar,” ujar Joko, Selasa (25/11/2025).


Joda menegaskan bahwa guru bukan sekadar pengajar, melainkan arsitek yang membangun peradaban bangsa. Setiap pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dimiliki seorang profesional berakar dari proses pembelajaran di bangku sekolah.


“Pengacara yang pandai berargumentasi, dokter yang piawai mendiagnosis penyakit, insinyur yang mampu membangun jembatan semua awalnya belajar dari guru. Bahkan presiden dan menteri pun dulu diajar oleh guru,” jelasnya.


Menurutnya, tanpa guru yang mengajarkan kemampuan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, dan berpikir kritis, mustahil ada generasi yang siap berkontribusi bagi kemajuan negara. 


Sebagai praktisi hukum, Joko mengaku perjalanan kariernya tidak terlepas dari peran guru yang membimbingnya sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.


“Saya bisa menjadi praktisi hukum karena ada guru yang dulu mengajarkan saya membaca Undang-Undang Dasar, memahami makna keadilan, dan berpikir logis. Tanpa mereka, saya tidak akan sampai di posisi ini,” tuturnya.


Ia menambahkan bahwa seluruh profesi hukumpengacara, hakim, jaksa, hingga akademisi mempunyai utang budi besar kepada guru yang membentuk dasar pemikiran dan karakter mereka.



Meski peran guru sangat fundamental, Joko menyayangkan bahwa tingkat kesejahteraan mereka masih jauh tertinggal dibanding profesi lain yang notabene merupakan hasil didikan guru.


“Ironis sekali. Guru yang mengajarkan seorang dokter mendapat gaji jauh lebih rendah dari dokter yang diajarnya. Guru yang mendidik pengacara, gajinya tidak sebanding dengan honorarium pengacara. Ini tidak adil,” tegasnya.


Ia mendesak pemerintah untuk mengambil langkah konkret, bukan sekadar memberikan ucapan seremonial setiap Hari Guru Nasional.


“Guru honorer dengan gaji di bawah UMR, guru PNS dengan tunjangan minim semua ini harus dibenahi. Mereka adalah fondasi dari semua profesi di negeri ini,” tambahnya.


Joko menekankan bahwa kualitas peradaban bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan, dan kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kesejahteraan guru.


“Negara-negara maju menempatkan profesi guru sebagai profesi terhormat, dengan kesejahteraan yang layak. Dampaknya, sistem pendidikan mereka maju dan mampu melahirkan generasi unggul,” ungkapnya.


Ia berharap Indonesia dapat belajar dari praktik terbaik tersebut dan mulai menempatkan guru sebagai prioritas pembangunan.


Melalui momentum Hari Guru Nasional 2025, Joko mengajak seluruh elemen masyarakat terutama para profesional yang kini telah sukses untuk tidak melupakan jasa guru yang dulu mendidik mereka.


“Kita yang kini sukses jangan lupa, pencapaian kita berawal dari guru. Sudah seharusnya kita memperjuangkan kesejahteraan mereka,” katanya.


Ia juga menyerukan kepada pemerintah agar memberikan penghormatan sejati kepada guru melalui kebijakan nyata.


“Penghormatan sejati bukan sekadar ucapan selamat, tetapi aksi nyata: naikkan gaji guru honorer, perbaiki fasilitas sekolah, dan berikan pelatihan berkualitas. Itu baru penghormatan yang bermakna,” pungkasnya.


Joda menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa investasi pada guru adalah investasi pada masa depan bangsa. Tanpa guru yang sejahtera dan berkualitas, visi Indonesia menjadi negara maju akan sulit terwujud.  [Red]

Berita Populer


TerPopuler