GRACIA Ledek Karangan Bunga Bernada Tuduhan di PIS: “Aksi Pengecut, Mengadu Domba dan Menyudutkan Kami!” -->
INGIN MENJADI JURNALIS MEDIA ONLINE AMBARITA NEWS, HUBUNGI NOMOR TELEPON ATAU WHATSAPP 082130845668

GRACIA Ledek Karangan Bunga Bernada Tuduhan di PIS: “Aksi Pengecut, Mengadu Domba dan Menyudutkan Kami!”

Jumat, 05 Desember 2025, 18:51

Papan bunga bernada provokatif yang dipajang di depan Sekolah Dasar swasta Penabur Intercultural School (PIS) Kelapa Gading


AmbaritaNews.com | Jakarta - Meskipun dibantah oleh orang tua murid sekolah swasta Penabur Intercultural School (PIS) saat memberikan keterangannya terkait pemasangan karangan bunga (terindikasi) "Playing Victim" didepan sekolah elit kawasan Kelapa Gading, atas keterlibatan oknum Jaksa (diduga Non Job) berinisial (DWLS).


Ironisnya, atas klarifikasi dalam moment "karangan bunga" yang seolah-olah seperti solidaritas para wali murid di Sekolah Penabur, padahal patut diduga justru merupakan sikap manipulatif untuk mendapatkan simpati masyarakat.


Bahkan ia (orang tua/wali murid tersebut) menegaskan bahwa dana yang digunakan dalam aksi solidaritas, termasuk pemasangan karangan bunga, bukan berasal dari arahan satu pihak tertentu, melainkan hasil donasi urunan para orang tua murid dari kelas 1 hingga kelas 6 SD, meski belum ada pembuktiannya. “Pokoknya itu solidaritas dari seluruh orang tua murid, dari kelas 1 sampai kelas 6,” ungkapnya.


Saat awak media menanyakan keterlibatan serta adanya peran oknum Jaksa, yang disebut-sebut turut serta andil dalam pemasangan karangan bunga dalam aksi orang tua itu, dirinya justru seakan tidak paham.


“Saya kurang tahu, saya juga enggak kenal. Saya tahu anaknya, tapi sama orangnya saya enggak bergaul. Dia kan laki-laki, saya biasanya bergaul sama ibu-ibu,” paparnya.


Walaupun ia pun mengakui bahwa Dodi (panggilan-nya) memang berprofesi sebagai Jaksa dan putrinya juga menuntut ilmu di sekolah swasta tersebut. Dan ia pun berfokus dengan pembuktian, yakni melalui bukti hasil rekaman kamera pengawas atau Closed Circuit Television (CCTV) footage-nya di sekolah.


Dirinya juga mengaku tidak pernah berkomunikasi langsung dengan Jaksa tersebut terkait penggalangan dana atau pemasangan karangan bunga. “Saya enggak ada kontak sama dia sih. I don’t think so,” pungkasnya.



LSM Gerakan Cinta Indonesia (GRACIA), Angkat Bicara


Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerakan Cinta Indonesia (GRACIA) mengecam keras kemunculan sejumlah karangan bunga bernada provokatif yang dipajang di depan Sekolah swasta Penabur Intercultural School (PIS) Kelapa Gading, tersebut.


Karangan bunga tersebut memuat tulisan yang dianggap menyudutkan, mengkambing-hitamkan, bahkan telah mencemarkan nama baik pihak-pihak tertentu, termasuk LSM dan aparat. 


Sekretaris LSM GRACIA, Hisar Sihotang, bersama O. Pakpahan, SH (Bidang Hukum) dan Arny Novida Haryati Harianja (Ketua Bidang Pendidikan), menyebut rangkaian karangan bunga itu sebagai aksi pengecut yang sengaja dimainkan pihak tertentu untuk menciptakan opini sesat. Bahkan dinilai kemunculan bunga pada jam-jam subuh lalu menghilang kembali sebagai tindakan janggal, masif dan terstruktur.


“Ini jelas ditujukan untuk menyudutkan GRACIA. Ada yang bermain di belakang layar terkait pemasangan karangan bunga tersebut,” tuturnya.


Dirinya (GRACIA) menegaskan bahwa karangan bunga itu muncul setelah mereka mengirim surat resmi kepada pihak sekolah untuk meminta klarifikasi soal dugaan hoaks, fitnah, bullying, serta diskriminasi terhadap sejumlah murid.


Hisar bahkan mengingatkan bahwa persoalan murid SD seharusnya ditangani sekolah dan orang tua, bukan menjadi ajang permainan kekuasaan oknum-oknum pihak tertentu. “Jangan ada pemutarbalikan fakta. Jangan ada rekayasa untuk menyudutkan anak-anak yang masih polos," imbuhnya.


Ia juga menegaskan bahwa GRACIA bukan lembaga yang terkait premanisme. Di tengah memanasnya situasi, muncul isu liar bahwa seorang oknum jaksa berinisial (DWLS) yang juga orang tua murid—diduga menggerakkan, bahkan memberikan arahan terhadap sejumlah ibu murid untuk memasang papan bunga, hingga memprovokasi narasi terhadap LSM.


Sementara itu, O. Pakpahan menanggapi isi karangan bunga yang meminta Pemda Jakut mencabut izin LSM sebagai tuntutan asal bunyi, tidak berdasar dan tidak memahami mekanisme hukum. Permasalahan anak harusnya diselesaikan sekolah. GRACIA beritikad baik mengirim klarifikasi malah tidak direspons, sementara opini dibangun justru untuk mengadu domba para orang tua.


Arny Novida juga mempertanyakan tudingan bahwa GRACIA memback-up murid tertentu. “Kami hanya kirim surat klarifikasi. Tiba-tiba muncul tuduhan GRACIA backup murid. Tuduhan yang tidak mendasar sama sekali, emang yang backup siapa?,” tandasnya.  [Rls,]

Berita Populer


TerPopuler